TENTANG RASA
Ini kisah tentang seorang sahabat, kisah masa lalunya, sebelum dia bisa melepaskan diri dari kehidupan hedonis-nya.
Aku baru aja selesai mandi waktu ponselku berbunyi, ada sms masuk.
Bi, ntar mampir ke rumah ya. Dewa sedang ga enak badan, sekalian bawain sate Madura katanya. Sms itu dikirim oleh Winda, istri Dewa, sahabat sekaligus atasanku di tempat kerja. Aku tersenyum, Dewa, sempet-sempetnya kamu nyuruh istrimu sms aku buat yg beginian.
Aku mengenal Dewa beberapa tahun yg lalu saat aku sedang bertugas untuk menyelidiki sindikat narkoba di salah satu klub terkenal di Jakarta. Tidak disangka, Dewa ternyata atasan baruku di Polres. Seiring waktu berjalan kami berteman baik, begitu akrab, sangat akrab hingga terkuak bahwa kami menyukai satu sama lain.
Mungkin karena sukar untuk melakoni rasa suka sesama jenis untuk profesi kami membuat dan Dewa berhubungan untuk waktu yang lama. Saat mengenal Dewa, dia sudah bertunangan dengan Winda, dan aku juga berteman baik dengan Winda, bisa dibilang kami bertiga bersahabat, apa yang Winda tidak tahu adalah bahwa aku dan Dewa juga menjalin hubungan, bahkan sudah ke tahap hubungan badan.
Saat Dewa menikahi Winda, aku bahkan datang sebagai pendamping mempelai pria. Tetapi di kantor, aku dan Dewa tidak terlihat begitu dekat, aku selalu memanggilnya "Pak" tetapi jika di luar, apalagi saat bersama, Dewa suka bersikap lebih kekanakan, ya, dia memang lebih muda 4 tahun dariku, hanya karena dia lulusan AKPOL pangkatnya lebih tinggi dari pangkatku. Setiap sakit dia pasti minta dibelikan sesuatu, bahkan beberapa kali setelah dia menikah, kadang-kadang aku merasa tidak enak dengan Winda, dan khawatir suatu saat jika Winda mengetahui hal ini, aku tak tahu apa yang akan terjadi.
Aku melaju kencang menuju ke rumah Dewa, tidak lupa membeli Sate Madura kesukaannya, aku tau pasti sate mana yang menjadi favoritnya, karena tempat itu tempat bersejarah buat kami, tempat di mana Dewa dengan berbisik mengatakan bahwa dia menyukaiku lebih dari sekedar sahabat, dan setelah itu kami pun berhubungan intim.
"Bi, maaf ngerepotin ya. kamu tau sedniri kan gimana Dewa, kalo gak makan sate madura yg kamu beli dia pasti ngigau sepanjang malam"
Aku menyerahkan bungkusan sate ke tangan Winda, dan memandangi Winda yang tengah hamil tua.
"Iya nih, Dewa sebentar lagi jadi bapak masih aja kolokan."
Aku segera masuk ke kamar Dewa, sepertinya dia demam, memang dia tipe pekerja keras dan workaholic.
"Halo Bi, sudah lama kamu gak mampir kesini, masa harus tunggu aku sakit."
Aku tersenyum. Aku cuma mendesah dalam hati, mesipun aku mencintai Dewa, tetapi aku tidak tega berhubungan badan dengan Dewa selagi Winda mengandung. Akhir-akhir ini aku makin tersiksa dengan keadaan ini. Winda begitu baik, begitu mempercayai aku, dia menganggapku seperti abangnya, dan dia juga mengira kedekatan aku dan Dewa selayaknya adik dan abang.
Aku mengusap dahi Dewa, hal itu akan membuatnya tenang dan berhenti bertingkah kekanakan seperti ini.
"Kamu itu calon bapak, seharusnya gak boleh cengeng. Kamu juga sebentar lagi dipromosikan untuk jabatan lebih tinggi kan"
Dewa meremas tanganku.
"Kamu juga akan jadi seorang Paman kan?"
Aku tersenyum, kemudian Winda masuk.
"Bi, kemarin kami sudah cek USG, ternyata si kecil ini laki-laki loh, kami sudah memutuskan nama untuknya."
"Oh ya? Wah pasti jadi jagoan kecil mirip Papanya nanti. Namanya siapa?"
"Sebenarnya Winda, yang pilihin namanya, aku gak begitu pandai hal yang begituan."
"Jadi namanya siapa nih?"
"Namanya DEWA GEDE BIAZTIANO FAHRIZAL, gabungan nama kamu dan Dewa, bagus kan?"
Aku terhenyak sedikit, dan tersenyum.
"Kok namaku dipakai, wah terima aksih ya Win"
"Karena kamu berarti buat kami Bi, terutama buat Dewa, kamu adalah sahabat terbaik keluarga ini."
Winda tersenyum sayang padaku. Hatiku makin perih. Oh TUHAN, apa yang telah kulakukan selama ini?. Hatiku begitu perih.
Aku pulang dengan hati tak menentu dan langkah gontai. Sekarang perasaanku campur aduk. Sepertinya Winda sudah mengetahui tentang kami, tetapi rasa cintanya yang teramat dalam untuk Dewa membuatnya bisa menerima itu semua, dengan menempatkan aku istimewa di dalam hubungannya dan Dewa.
Aku kemudian mencoba menghilangkan kegalauan hatiku dengan online. JaCK-JaCK, ah kenapa anak ini malah mengajak chat. Dia kenalanku di mIRC ini, meski umurnya sangat muda tetapi pikirannya dewasa, kadang aku miris, baiknya dia tidak usah chat di tempat chat para gay ini, dan hanya kepada dia aku percaya, semua teman di sini tidak ada yang tau aku polisi dan gimana aku, hanya dia yang tau, karena anak ini begitu cerdas, buktinya sekarang aku malah curhat dengannya.
[JaCK-JaCK] Bang, sepertinya istrinya tau tuh abang ada maen sama lakinya Bang, tapi dia kelewat cinta dan memilih utk nerima, masa sih dia ga curiga liat lakinya gitu banget, minta dibeliin makanan segala :D
[JKT-TOP] Masa begitu Tob?
[JaCK-JaCK] Iyalah Bang, baeknya mulai skrg abang gak usah ngelajutin lagi bang, emangnya abang ga kasihan apa? Emang abang ga merasa bersalah ngehianatin istrinya?
[JKT-TOP] udah nyoba tapi Dewa nggak mau
[JaCK-JaCK] Ea gimana mau tau kalo blom dicoba bener2 bang, pokoknya kalo bisa lupain aja Bang, lagian emang abang ga niat buat nikah? berubah?
[JKT-TOP] Sok ya, kan loe yg bocah, kok ceramahin gue
Obrolan 1 jam itu cukup membulatkan tekadku, aku tau ini tak mudah, tapi aku yakin aku bisa. Untuk kebaikanku, kebaikan Dewa, kebaikan Winda, dan kebaikan si kecil. Makasih Tobi udah bantuin aku membulatkan tekad, kamu adik terbaikku di dunia maya ini.
Tentang cinta yang datang perlahan
Membuatku takut kehilangan
Ku titipkan cahaya terang
Tak padam di dera goda dan masa
Dapatkah selamanya kita bersama
Menyatukan perasaan kau dan aku
Semoga cinta kita kekal abadi
Sesampainya akhir nanti selamanya
Aku baru aja selesai mandi waktu ponselku berbunyi, ada sms masuk.
Bi, ntar mampir ke rumah ya. Dewa sedang ga enak badan, sekalian bawain sate Madura katanya. Sms itu dikirim oleh Winda, istri Dewa, sahabat sekaligus atasanku di tempat kerja. Aku tersenyum, Dewa, sempet-sempetnya kamu nyuruh istrimu sms aku buat yg beginian.
Aku mengenal Dewa beberapa tahun yg lalu saat aku sedang bertugas untuk menyelidiki sindikat narkoba di salah satu klub terkenal di Jakarta. Tidak disangka, Dewa ternyata atasan baruku di Polres. Seiring waktu berjalan kami berteman baik, begitu akrab, sangat akrab hingga terkuak bahwa kami menyukai satu sama lain.
Mungkin karena sukar untuk melakoni rasa suka sesama jenis untuk profesi kami membuat dan Dewa berhubungan untuk waktu yang lama. Saat mengenal Dewa, dia sudah bertunangan dengan Winda, dan aku juga berteman baik dengan Winda, bisa dibilang kami bertiga bersahabat, apa yang Winda tidak tahu adalah bahwa aku dan Dewa juga menjalin hubungan, bahkan sudah ke tahap hubungan badan.
Saat Dewa menikahi Winda, aku bahkan datang sebagai pendamping mempelai pria. Tetapi di kantor, aku dan Dewa tidak terlihat begitu dekat, aku selalu memanggilnya "Pak" tetapi jika di luar, apalagi saat bersama, Dewa suka bersikap lebih kekanakan, ya, dia memang lebih muda 4 tahun dariku, hanya karena dia lulusan AKPOL pangkatnya lebih tinggi dari pangkatku. Setiap sakit dia pasti minta dibelikan sesuatu, bahkan beberapa kali setelah dia menikah, kadang-kadang aku merasa tidak enak dengan Winda, dan khawatir suatu saat jika Winda mengetahui hal ini, aku tak tahu apa yang akan terjadi.
Aku melaju kencang menuju ke rumah Dewa, tidak lupa membeli Sate Madura kesukaannya, aku tau pasti sate mana yang menjadi favoritnya, karena tempat itu tempat bersejarah buat kami, tempat di mana Dewa dengan berbisik mengatakan bahwa dia menyukaiku lebih dari sekedar sahabat, dan setelah itu kami pun berhubungan intim.
"Bi, maaf ngerepotin ya. kamu tau sedniri kan gimana Dewa, kalo gak makan sate madura yg kamu beli dia pasti ngigau sepanjang malam"
Aku menyerahkan bungkusan sate ke tangan Winda, dan memandangi Winda yang tengah hamil tua.
"Iya nih, Dewa sebentar lagi jadi bapak masih aja kolokan."
Aku segera masuk ke kamar Dewa, sepertinya dia demam, memang dia tipe pekerja keras dan workaholic.
"Halo Bi, sudah lama kamu gak mampir kesini, masa harus tunggu aku sakit."
Aku tersenyum. Aku cuma mendesah dalam hati, mesipun aku mencintai Dewa, tetapi aku tidak tega berhubungan badan dengan Dewa selagi Winda mengandung. Akhir-akhir ini aku makin tersiksa dengan keadaan ini. Winda begitu baik, begitu mempercayai aku, dia menganggapku seperti abangnya, dan dia juga mengira kedekatan aku dan Dewa selayaknya adik dan abang.
Aku mengusap dahi Dewa, hal itu akan membuatnya tenang dan berhenti bertingkah kekanakan seperti ini.
"Kamu itu calon bapak, seharusnya gak boleh cengeng. Kamu juga sebentar lagi dipromosikan untuk jabatan lebih tinggi kan"
Dewa meremas tanganku.
"Kamu juga akan jadi seorang Paman kan?"
Aku tersenyum, kemudian Winda masuk.
"Bi, kemarin kami sudah cek USG, ternyata si kecil ini laki-laki loh, kami sudah memutuskan nama untuknya."
"Oh ya? Wah pasti jadi jagoan kecil mirip Papanya nanti. Namanya siapa?"
"Sebenarnya Winda, yang pilihin namanya, aku gak begitu pandai hal yang begituan."
"Jadi namanya siapa nih?"
"Namanya DEWA GEDE BIAZTIANO FAHRIZAL, gabungan nama kamu dan Dewa, bagus kan?"
Aku terhenyak sedikit, dan tersenyum.
"Kok namaku dipakai, wah terima aksih ya Win"
"Karena kamu berarti buat kami Bi, terutama buat Dewa, kamu adalah sahabat terbaik keluarga ini."
Winda tersenyum sayang padaku. Hatiku makin perih. Oh TUHAN, apa yang telah kulakukan selama ini?. Hatiku begitu perih.
Aku pulang dengan hati tak menentu dan langkah gontai. Sekarang perasaanku campur aduk. Sepertinya Winda sudah mengetahui tentang kami, tetapi rasa cintanya yang teramat dalam untuk Dewa membuatnya bisa menerima itu semua, dengan menempatkan aku istimewa di dalam hubungannya dan Dewa.
Aku kemudian mencoba menghilangkan kegalauan hatiku dengan online. JaCK-JaCK, ah kenapa anak ini malah mengajak chat. Dia kenalanku di mIRC ini, meski umurnya sangat muda tetapi pikirannya dewasa, kadang aku miris, baiknya dia tidak usah chat di tempat chat para gay ini, dan hanya kepada dia aku percaya, semua teman di sini tidak ada yang tau aku polisi dan gimana aku, hanya dia yang tau, karena anak ini begitu cerdas, buktinya sekarang aku malah curhat dengannya.
[JaCK-JaCK] Bang, sepertinya istrinya tau tuh abang ada maen sama lakinya Bang, tapi dia kelewat cinta dan memilih utk nerima, masa sih dia ga curiga liat lakinya gitu banget, minta dibeliin makanan segala :D
[JKT-TOP] Masa begitu Tob?
[JaCK-JaCK] Iyalah Bang, baeknya mulai skrg abang gak usah ngelajutin lagi bang, emangnya abang ga kasihan apa? Emang abang ga merasa bersalah ngehianatin istrinya?
[JKT-TOP] udah nyoba tapi Dewa nggak mau
[JaCK-JaCK] Ea gimana mau tau kalo blom dicoba bener2 bang, pokoknya kalo bisa lupain aja Bang, lagian emang abang ga niat buat nikah? berubah?
[JKT-TOP] Sok ya, kan loe yg bocah, kok ceramahin gue
Obrolan 1 jam itu cukup membulatkan tekadku, aku tau ini tak mudah, tapi aku yakin aku bisa. Untuk kebaikanku, kebaikan Dewa, kebaikan Winda, dan kebaikan si kecil. Makasih Tobi udah bantuin aku membulatkan tekad, kamu adik terbaikku di dunia maya ini.
Tentang cinta yang datang perlahan
Membuatku takut kehilangan
Ku titipkan cahaya terang
Tak padam di dera goda dan masa
Dapatkah selamanya kita bersama
Menyatukan perasaan kau dan aku
Semoga cinta kita kekal abadi
Sesampainya akhir nanti selamanya
segala yang indah, belum tentu baik, segala yang baik belum tentu benar. tanya hati dan timbang dengan rasa...
ReplyDelete@Farrel. Ea, skrg dia udah merit juga, udah pny anak, tp ga tau apa msh biseks, tobi juga ga mau tanya2 lagi.
ReplyDelete