ANOTHER STORY #8

"Bi, kita nggak jadi main game SEGA dong malem ini?" tanya Kevin.

"Iya Vin, aku kan udah janji ma Bang Rendi"

"Perasaan sejak kenal sama Bang Rendi loe mulai berubah deh" sungut Kevin.

Aku tertawa.

"Berubah karena ga mau loe tindas lagi maksudnya? Kan bagus"


"Bodoh amat, pokoknya sekarang loe hampir ga pernah nomor satu-in aku lagi. Padahal loe kan yang paling ngertiin aku" Kevin ngambek.

Aku memeluk Kevin.

"Hey Bro, I care for you ever and forever dan ga ada yang bisa ngerubah itu"


Kevin mencibirku.

"Napa Bi? Aku becanda. Kamu jangan sedih dong"

"Jangan ge er deh. Hanya aku ngerasa ini terakhir kalinya aku akan bertemu Bang Rendi dan mungkin ga akan ketemu-ketemu lagi" jawabku.

Kevin mencibirku.

"Sok jadi peramal loe. Bi"



Hp Bang Rendi bergetar.


"Kan seru kalo kalian maen bertiga, biasanya juga aku selalu kalah, jadi ga ngaruh kan kalo aku ga ikutan main. See you Kevy"

"Woi! aku benci panggilan itu!" gerutu Kevin.

Aku tertawa kecil dan berlari menuju mobil Bang Rendi.

Bang Rendi mengajakku makan di tempat makan mewah yang mungkin ga akan pernah aku datangi lagi sampe aku bisa punya duit sendiri. Dia menceritakan banyak hal dan pengalamannya di Jepang. Aku mendengarkannya dengan serius. Pokoknya malam ini aku ingin memuaskan hatiku bersamanya.

Kemudian Bang Rendi mengajakku menuju tempat tinggalnya.

"Lho ini kan hotel Bang?" tanyaku bingung.

"Ya emang selama Abang di Palembang Abang tinggal di hotel kok" Bang Rendi tersenyum.

"Aku ga ngerti" ujarku bingung.

"Nanti Abang ceritain di kamar aja ya Dek"

Aku mengikuti Bang Rendi. Baru pertama kali ini aku masuk ke hotel. Apalagi ini hotel terkenal di Palembang.

"Bi, itu oleh-oleh buat kamu" Bang Rendi menunjuk sejumlah kantong di samping lemari pakaian.

"Wah, banyak banget Bang. Arigato gozaimasu O-niichan."

Bang Rendi tersenyum.

"Abang ga tau gimana bawa pohon sakura Bi, kan ga boleh bawa-bawa bibit tanaman, jadi Abang cuma bawain miniatur pohon sakura, bunga kering-nya dan video2 pertumbuhannya"


"Maaf Bang. Permintaanku ngerepotin ya"

"Ga apa-apa kok. Abang kan sayang ma kamu bocah" serunya mengacak rambutku.

Aku merasakan adanya kehangatan yang menyenangkan di dalam hatiku setiap kali Bang Rendi mengacak rambutku.

"Oke Abang mau cerita kenapa Abang tinggalnya di hotel kalo ke Palembang" seru Bang Rendi menghempaskan dirinya di tempat tidur. Aku duduk di sampingnya.

"Tob, kamu malam ini menginap di sini ya menemani Abang"

"Oke Boss. Tadi udah bilang ke Ibu bakal nginap di rumah Kevin"

"Tapi kamu kan ga menginap di sana"

"Aku ga punya telepon rumah Bang. Yang penting kan aku baik-baik aja"

"Dasar bocah bandel" Bang Rendi tertawa.

"Ayo Bang cerita" seruku sambil berbaring di sisi Bang Rendi.

Kemudian Bang Rendi bercerita tentang banyak hal. Bang Rendi ternyata anak seorang diplomat, jadi kedua orang tuanya tinggal berkeliling Eropa, 7 tahun lalu balik ke Indonesia, 4 tahun kemudian ditugasin lagi ke Eropa. Bang Rendi anak bungsu, karena keburu kuliah di UI dia ga bisa ikut ke Finlandia bersama orang tuanya, tapi tinggal di Jakarta bersama salah satu kakak perempuannya yang sudah menikah. Dia berpacaran dengan Kakak tingkatnya, 2 tahun lalu, Pacarnya yang sudah tamat kuliah kembali ke Palembang. Meski begitu mereka serius dalam menjalani hubungan mereka sehingga sesekali jika libur semester Bang Rendi suka ke Palembang, sebenarnya di Palembang ada Pamannya Bang Rendi, tapi karena tidak suka merepotkan jika hanya berada sementara di Palembang Bang Rendi memilih tinggal di hotel dan menitipkan mobilnya saja. Sebelum ke Jepang Bang Rendi ingin melamar pacarnya dan malah ditanggapin negatif, akhirnya puncak pertengkaran mereka terjadi saat aku bertemu dengan Bang Rendi di bioskop beberapa bulan yang lalu, dan mereka pun berpisah.

"Semangat ya Bang. Pasti semua ada hikmahnya kok, mungkin ga berjodoh" jawabku.

"Walah, aku dinasehatin sama bocah, sok dewasa kamu Dek." Bang Rendi mencubit pipiku.

"Bi."

Aku menatap Bang Rendi.

"Kenapa bang?"

"Kamu tau kan Abang sayang kamu?"

"Aku sayang juga kok sama Abang. Banget malah" jawabku tersenyum.

Bang Rendi mengusap kepalaku.

"Inilah kenapa Abang sayang kamu. Kamu itu spontan, polos, dan jujur."

Wajahku memerah mendengar pujian Bang Rendi.

"Tuh kan. Polos banget hahahahahaha" Bang Rendi tertawa.

"Dan mungkin Abang menyayangimu lebih dari seharusnya" aku melihat kekhawatiran dan kesedihan di wajah Bang Rendi.

Aku secara spontan memeluk Bang Rendi dengan erat untuk menghiburnya.

"Hey Bi, sesak nih" Bang Rendi tertawa tapi tidak menolakku.

"Bi, Abang dapat tawaran pekerjaan di Perancis, sebuah proyek besar dan mungkin Abang akan lama di sana, bisa 5, 7, bahkan 10 tahun"

Ternyata firasatku tidak salah, ini terakhir kalinya aku melihat orang yang begitu kusayangi ini.

"Bi, mungkin ga kalo kamu ikut sama Abang?"

Entah kenapa pertanyaan itu membuatku tertawa, pertanyaan itu malah menghapus kesedihanku.

"Kok kamu tertawa?"

"Ga tau Bang, kok kedengarannya seperti Abang ngajakin aku merit aja hahahaha" aku tertawa geli.

Wajah Bang Rendi memerah.

"Itu karena ABANG SAYANG BANGET MA KAMU BOCAH."

Aku tersenyum.

"Aku juga sayang Abang. Tapi Bang. Aku punya keluarga. Aku punya sahabat-sahabat. Aku ga bisa meninggalkan semua itu. Dan, aku kan masih bocah" jawabku nyengir.

"Kok aku ngerasa sepertinya kamu jauh lebih dewasa sih? Lamaranku ditolak secara halus ya, Bi. Hahahahahahahaha" dan spontan kami berdua tertawa geli.

"Bi, apa sebaiknya Abang tolak aja tawaran itu?"

"Jangan Bang! Rejeki ga akan datang 2 kali, kalo Abang tolak karena aku, justru aku akan membenci Abang!" seruku marah.

Bang Rendi tersenyum.

"Pasti semua orang menyayangimu ya?"


"Aku kan loveable, hehehe" jawabku nyengir.

Bang Rendi memelukku dengan erat. Dia mengecup keningku.

"I wish the clock would stop and make this moment will last forever" ujar Bang Rendi.

"Bi, Tuhan ga adil ya. Di saat aku menemukanmu, baru sesaat tapi sudah harus berpisah"

"Abang ga boleh ngomong kayak itu. Yang namanya pertemuan pasti ada perpisahan. Meski cuma sesaat. Ini kenangan yang berharga buat Tobi. Mungkin nanti kita kan bertemu lagi, siapa tau Tobi dapet beasiswa ke Perancis hehehehehehe."

"Who knows what tomorrow could bring ya Bi, bisa aja kamu. Mungkin kamu udah ga sesayang ini lagi ma aAbang kalo nanti kita bertemu lagi ya Bi"

"Aku akan selalu menyayangi Abang, itu janji Tobi buat Bang Rendi"

"Dan Abang akan kembali jika kamu memegang janji itu"

"Bang aku ngantuk" ujarku dengan mata berat, capek seharian ini ga sempat tidur siang.

"Tidur aja duluan. Abang masih mau terjaga"

Aku tak bisa menahan kantun di mataku dan tertidur dalam pelukan hangat Bang Rendi. Aku sedih tapi juga merasa bahagia.



...bersambung...

Final chapternya gue posting seminggu lagi aja ea? hihihihihihihihihihihi.

Comments

  1. B, kalau sampai bener seminggu lagi u baru post ... tega nian dikaauuu! :P penasaran bgt neeehhh!!
    Bagian ini sukses bikin gw tahan nafas pas baca:

    Bang Rendi memelukku dengan erat. Dia mengecup keningku.
    "I wish the clock would stop and make this moment will last forever" ujar Bang Rendi.
    "Bi, Tuhan ga adil ya. Di saat aku menemukanmu, baru sesaat tapi sudah harus berpisah"
    "Abang ga boleh ngomong kayak itu. Yang namanya pertemuan pasti ada perpisahan. Meski cuma sesaat. Ini kenangan yang berharga buat Tobi. Mungkin nanti kita kan bertemu lagi, siapa tau Tobi dapet beasiswa ke Perancis hehehehehehe."
    "Who knows what tomorrow could bring ya Bi, bisa aja kamu. Mungkin kamu udah ga sesayang ini lagi ma aAbang kalo nanti kita bertemu lagi ya Bi"
    "Aku akan selalu menyayangi Abang, itu janji Tobi buat Bang Rendi"
    "Dan Abang akan kembali jika kamu memegang janji itu"

    ...
    ....
    ......
    Gosh, B! That's deep! T_T

    ReplyDelete
  2. @ phie. Huehehehehehe. Kan aturannya harusnya per hari per chapter, kemaren udah dua kali rapel hihihihihihihihihi. Ntar ea final chapternya, gi mengumpulkan memori dulu neh huehehehehehehehe.


    @ Farrel. Huehehehehehehe. Yup sweet and bitter (when I realize it would end).

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

AKU DAN POLISI(KU)

PIN TRAIN BBM FOR MEN EDISI THANKSGIVING

MANTRA